Wawasan Al-Qur'an Tentang Tabayyun Terhadap Problematika Berita Hoaks (Studi Komparasi Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Mishbah)

Phagita, Violta Bulan (2022) Wawasan Al-Qur'an Tentang Tabayyun Terhadap Problematika Berita Hoaks (Studi Komparasi Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Mishbah). [["eprint_typename_skripsi" not defined]]

[img] Text
Skripsi_Violta Bulan P._Tabayyun_IAIN Salatiga.pdf

Download (1MB)

Abstract

Penelitian kepustakaan dengan judul “Wawasan Al-Qur’an Tentang Tabayyun Terhadap Problematika Berita Hoaks” (Studi Komparasi Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Mishbah). Tujuan penelitian untuk mengungkap wawasan tabayyun di dalam al-Qur’an. Kemudian melakukan analisis studi komparasi anatara kitab tafsir Al-Maraghi dan kitab tafsir Al-Mishbah dengan membandingkan penafsiran antara keduanya, kemudian akan dikontekstualisasikan bagaimana bertabayyun terhadap berita hoaks di zaman sekarang. Ahmad Musthafa Al-Maraghi dan Muhammad Quraish Shihab dalam melakukan penafsiran menggunakan metode tahlili dengan corak penafsiran adabi ijtima’i. Kedua mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat tentang tabayyun dalam al-Qur’an memiliki jalan pemikiran yang berbeda sesuai dengan konteks yang meliputinya. Akan tetapi struktur materi yang ditafsirkan memiliki pembahasan yang sama meliputi pengertian makna tabayyun, bagaimana sikap tabayyun dalam menghadapi berita, respon terhadap pembawa berita, dan hukum dianjurkannya melakukan tabayyun terhadap berita. Setelah proses penelitian dilakukan, diperoleh simpulan bahwa antara kedua mufassir, memiliki persamaan dan perbedaan pandangan terkait makna ayat-ayat tabayyun. Masing-masing mufassir sepakat bahwa tabayyun sebagai sarana memastikan kejelasan berita dengan cara meneliti dan menyeleksi redaksi maupun isinya sehingga dapat dipastikan berita tersebut valid. Sedangkan bagaimana kedudukan si pembawa berita, masing-masing mufassir memiliki pandangan yang berbeda. Syekh Ahmad Musthafa Al-Maraghi memandang bahwa wajib tabayyun terhadap semua berita yang dibawakan orang fasik, yakni orang yang mengakui keimanan dengan lidah tetapi tidak melaksanakan ibadah dengan badan. Sedangkan Muhammad Quraish Shihab memandang bahwa tabayyun dilakukan terhadap berita penting yang dibawakan orang fasik, yaitu orang Islam yang telah melakukan dosa besar maupun sering kali melakukan dosa kecil. Dengan adanya disrupsi digital, semakin memudahkan akses terhadap berita dari berbagai sumber. Dengan demikian dalam konteks dewasa ini, kontekstualisasi prinsip tabayyun tidak lagi hanya memandang siapa yang menyampaikan informasi tapi yang terpenting ialah apa yang disampaikan. Siapa pun itu, baik dari kalangan mana pun layak diajak bertabayyun selama mereka bersangkutan dengan persoalan yang hendak dicari titik temunya. Kata kunci: Tabayyun, Hoaks, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Al-Mishbah, Fasiq.  

Item Type: ["eprint_typename_skripsi" not defined]
Subjects: Agama > Alqur'an
Divisions: Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora > Ilmu Alqur'an dan Tafsir
Depositing User: Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id
Date Deposited: 23 Aug 2022 15:01
Last Modified: 23 Aug 2022 15:01
URI: http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/14548

Actions (login required)

View Item View Item