Model Pembelajaran Open-Ended Collaboration untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

UNSPECIFIED (2023) Model Pembelajaran Open-Ended Collaboration untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. .

	Text 2. BUKU MODEL.pdf Download (766kB)
	Text HKI_ Eni Cholis Model Januari 2020.pdf Download (772kB)

Abstract

Permasalahan pembelajaran matematika yang sering terjadi di sekolah adalah sbb: (1) Siswa belajar matematika terorientasi kepada menghafalkan konsep, (2) Pembelajaran matematika terorientasi kepada tes, (3) Pengalaman belajar matematika tidak berorientasi kepada kompetensi dasar, (4) Siswa belajar matematika terbatas kepada ranah berpikir tingkat rendah, (5) Siswa tidak dibiasakan mengembangkan potensi berpikir,(6) evaluasi belajar matematika berorientasi kepada produk (Shaddiq, 2014). Permasalahan pembelajaran tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa rendah, salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif. Hasil penelitian Titikusumawati (2011) menemukan bahwa banyak mahasiswa di IAIN Salatiga yang mengalami miskonsepsi ketika diberikan masalah operasi aljabar menggunakan media garis bilangan. Munculnya miskonsepsi tersebut disebabkan salah satunya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa belum terlatihkan dengan optimal. Kemampuan berpikir kreatif matematis penting untuk diupayakan dan dimasukkan sebagai salah satu tujuan pembelajaran matematika. Siswa tidak cukup hanya memahami konsep matematika yang dipelajarinya saja, tetapi juga harus kreatif dalam berpikirnya. Kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh melalui pendidikan, yaitu melalui pendekatan saintifik dengan komponennya: observing (mengamati), questioning (menanya), experiment (mencoba), associating (menalar), dan networking (membentuk jejaring). Sedangkan Sharp (2004) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dibentuk melalui: (1) memberikan masalah dengan banyak jawaban benar (open ended), (2) memberi ruang untuk jawaban yang unik, (3) penekanan pada proses dan bukan hasil, (4) memberikan siswa kesempatan untuk mengeksplorasi jawaban, dan (5) memberi keseimbangan antara kegiatan terstruktur dan spontan. Guru dituntut berbuat lebih dan merubah paradigma pembelajarannya. Perubahan paradigma tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran berpusat kepada guru menjadi pembelajaran berpusat kepada siswa, (2) pembelajaran berbasis isi menjadi pembelajaran berbasis kompetensi, (3) penilaian berbasis kertas dan pena menjadi penilaian berbasis kelas. Rendahnya penguasaan kemampuan berpikir kreatif siswa disebabkan oleh pembelajaran yang menekankan kegiatan menghafal daripada menemukan dan memverifikasi konsep (Lee dkk, 2003; Livne, 2008; Mann, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Gardner (2011), Livne (2008), Beckker (2001), Gregory & Hardiman (2015) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa rata-rata belum dapat dioptimalkan dalam pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran Open Ended-Collaboration (OE-C) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Dalam model pembelajaran Open Ended-Collaboration (OE-C), siswa tidak perlu menghafal konsep, tapi mereka diharapkan mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri. (Sa’dijah, 2016); Barkley (2008) merumuskan pembelajaran Collaboration sebagai suatu proses pembelajaran yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam mempelajari konsep dengan cara kerjasama tim untuk mencapai tujuan. Pembelajaran Open Ended memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan jawaban atau penyelesaian masalah matematika lebih dari satu selesaian benar. Masalah open ended yang diberikan kepada siswa akan diselesaikan secara kelompok yang bekerja secara kolaborasi. Menyelesaikan masalah open ended ini diharapkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa akan meningkat dan dapat diberdayakan secara optimal.

Actions (login required)

View Item