Kepemimpinan Perempuan di Pesantren (Resepsi Pengasuh Perempuan terhadap QS. An-Nisaa' [4]: 32 dan 34 di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga)

Fernanda, Adelia Intan (2025) Kepemimpinan Perempuan di Pesantren (Resepsi Pengasuh Perempuan terhadap QS. An-Nisaa' [4]: 32 dan 34 di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga). Other thesis, IAIN SALATIGA.

[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)
[img] Text
SKRIPSI FIXXX 1.pdf

Download (8MB)

Abstract

Skripsi ini hasil dari penelitian lapangan dengan judul “Kepemimpinan Perempuan di Pesantren (Resepsi Pengasuh Perempuan terhadap QS. an-Nisaa’ [4]: 32 dan 34 di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga)” dengan menggunakan metode penelitian perpaduan library research dan field research dengan pendekatan fenomenologi. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengungkap bagaimana resepsi dari pengasuh perempuan di Pesantren Al-Falah terhadap QS. an-Nisaa’[4]: 32 dan 34. ​Sering kali ayat Al-Qur’an dipahami dengan gaya penafsiran yang berbeda. Seperti halnya ketika memaknai QS. an-Nisaa’ ayat 34, dimana ayat ini biasanya dijadikan pedoman bahwa yang berhak memimpin baik domestik maupun publik itu hanya laki-laki. Dengan pemahaman tersebut seakan posisi perempuan menjadi subordinat dari kaum laki-laki. Dari hasil pra riset penulis dengan Ibu Nyai Latifah selaku pengasuh di Pesantren Al-Falah, setidaknya ada dua ayat terkait perempuan boleh menduduki jabatan di publik, yaitu QS. an-Nisaa ayat 32 dan 34. Dimana terlihat adanya pemaknaan ayat yang unik oleh pengasuh pesantren perempuan Al-Falah yang berbeda dengan penafsiran mufassir klasik pada umumnya. Kemudian pemahaman beliau, menjadi sebuah dekonstruksi gender dalam pesantren dan memudarkan tradisi patriarki yang kental di lingkup pesantren. ​Hasil temuan penelitian ini: Qowwām dimaknai sebagai dekonstruksi superioritas gender, melindungi, memimpin, mendidik yang mana bisa merujuk pada perempuan. jikalau perempuan memiliki kualifikasi, intelektual dan kemampuan yang cukup, maka perempuan dianjurkan untuk memimpin. Jadi, makna kata qowwām tidak hanya diperuntukkan bagi laki-laki akan tetapi mengenai kemampuan dari seseorang. Kemudian perempuan juga memiliki ruang tidak hanya di domestik, akan tetapi perempuan juga diberi ruang oleh Islam untuk tampil di ruang publik. Maka konsep kodrat yang biasanya dipahami untuk membatasi ruang gerak dari perempuan, kini kodrat dipahami dengan sebuah hal yang melekat dalam manusia. Selanjutnya yang membedakan perempuan dengan laki-laki yaitu hanya pada kelamin, rahim dan payudara. Kata kunci: Pemimpin, Budaya Patriarki, Kodrat, Pemimpin Perempuan

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: Agama > Alqur'an
Depositing User: Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id
Date Deposited: 06 Jun 2025 02:09
Last Modified: 06 Jun 2025 02:09
URI: http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/23886

Actions (login required)

View Item View Item