Ratnawati, Emy (2019) PENERAPAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE-KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017. Masters thesis, IAIN SALATIGA.
Text
5_6163180208930160761.pdf Download (5MB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model Realistic Mathematics Education (RME), hasil evaluasi RME serta kelebihan dan kelemahan model MRE dalam pembelajaran matematika pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Sumber data terdiri dari primer dan sekunder. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan di MI se-Kecamatan Bawen dalam pembelajaran matematika di MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan yaitu model Realistic Mathematics Education (RME). Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar matematika, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep matematika. Prosedur yang ada dalam penerapan model RME yaitu tahap persiapan, pembukaan, proses pembelajaran, dan tahap akhir. Evaluasi model RME dilihat dari aktivitas siswa berdasarkan aspek kegiatan lisan dan kegiatan mental yang sangat aktif adalah siswa MIN Doplang dan MIS Geyongan sedangkan MIS Pancuran dan MIS Asinan kategori siswanya aktif. Pada aspek kegiatan emosional di MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan siswanya semua aktif artinya semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, tidak mengganggu teman saat belajar, berani maju ke depan kelas dan mengerjakan tugas dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Kelebihan model RME adalah: a) Pembelajaran matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak formal dan tidak abstrak. b) Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, c) Menekankan belajar matematika pada learning by doing, d) Menfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku. e) Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika. Sedangkan kelemahannya adalah 1) diskusi kelompok masih dikuasai oleh siswa yang pandai, 2) Tingkat pengetahuan dan profesionalisme guru yang rendah. 3) Peranan guru sebagai fasilitator akan membuat guru harus selalu memperluas wawasannya. Oleh karena itu guru harus berani menerapkan model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan kualitas pemecahan masalah matematis secara realistik yang ada pada diri siswa.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | Agama > Pendidikan dan pemikiran Islam |
Divisions: | Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan > Pendidikan Agama Islam |
Depositing User: | Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id |
Date Deposited: | 15 Apr 2019 08:44 |
Last Modified: | 15 Apr 2019 08:44 |
URI: | http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/5458 |
Actions (login required)
View Item |