Wulandari, Irinna Ika (2016) PROSESI ADAT RUWATAN RAMBUT GIMBAL DALAM PERSPEKTIF FIQH IMAM ABU HANIFAH DI SEMBUNGAN, KEJAJAR, WONOSOBO, JAWA TENGAH. Other thesis, IAIN Salatiga.
Text
IRINNA IKA.WULANDARI.21111034.pdf Download (2MB) |
Abstract
Perkembangan Islam di Indonesia mengalami proses yang berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan lainnya yang bermacam-macam. Salah satunya termasuk bersinggungan langsung dengan tradisi dan budaya masyarakat Indonesia. Berkenaan dengan itu, maka perlu ditegaskan bahwa unsur-unsur budaya lokal yang dapat menjadi sumber hukum Islam ialah yang sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Agama sebagai sistem nilai pasti akan mengalami proses akulturasi, terhadap kemajemukan budaya. Oleh karena itu, bagaimana hukum Islam menghadapinya dan mampu menyelesaikan permasalahan yang timbul di masyarakat dengan baik serta mendatangkan kemaslahatan dari penetapan hukum dan menghindarkan dari kemudharatan. Kemudian peneliti merumuskan sebagai berikut untuk mengetahui penyebab munculnya ruwatan rambut gimbal masyarakat Sembungan, Kejajar,Wonosobo, untuk mengetahui prosesi ruwatan rambut gimbal, Untuk mengetahui bagaimana pandangan Fiqh Imam Abu Hanifah terhadap prosesi ruwatan rambut gimbal. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang akan digunakan adalah dengan melakukan wawancara, observasi, catatan lapangan dan pemanfaatan dokumen. Ruwatan rambut gimbalmerupakan prosesi pemotongan pada anak rambut gimbal yang bertujuan untuk menghilangkan bala’/bencana rambut gimbal, agar si anak memiliki rambut yang normal, pemotongan rambut gimbal bersifat simbolis dari Tafa’ul dengan maksud untuk memperoleh keberkahan, kesehatan, dan mengharap kebaikan di masa yang akan datang. Namun apabila adanya keyakinan atau kepercayaandengan cara memotong rambut gimbal akan menghilangkan nasib buruk maka termasuk Thiyaroh (merasa bernasib sial) dan berujung pada kemusyrikan dengan alasan misalnya jika rambut tidak dipotong hidupnya akan celaka. Karena hal seperti itu jelas bertentangan dengan hukum Islam. Kepercayaan kepada yang lain misalnya Bhatara Kala, hingga meyakini jika dengan diadakan ruwatan maka dapat terhindar dari mangsa Bhatara Kala atau terbuang sialnya. Dalam Al Qur’an maupun hadis telah dijelaskan tidak ada nasib buruk. Karena Semua itu datangnya hanya dari Allah semata.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | Agama > Fiqih (Hukum Islam) |
Divisions: | Fakultas Syariah > Hukum Keluarga Islam (Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah) |
Depositing User: | Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id |
Date Deposited: | 31 May 2016 02:37 |
Last Modified: | 31 May 2016 02:37 |
URI: | http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/801 |
Actions (login required)
View Item |