Helmy, Muhammad Irfan (2020) Cek Similarity Dialektika Hadis dan Budaya Jawa dalam Pandangan Orang Jawa Bermanhaj Salaf di Kota Salatiga.
Text
Dialektika Hadis dan Budaya Jawa dalam Pandangan Orang Jawa Bermanhaj Salaf di Kota Salatiga.pdf Download (3MB) |
Abstract
Ajaran utama manhaj salaf adalah penerapan Al Qur’an dalam kehidupan dan menghidupkan sunnah Nabi (ihyaus sunnah) dalam perilaku keseharian. Pada sisi lain beberapa tradisi daur kehidupan khas Jawa, sudah terbudayakan dengan pendekatan keislaman. Bertemunya pemikiran purifikasi Islam, dengan tradisi Islam orang Jawa ini menarik untuk diteliti; Bagaimana pemikiran orang Salafi Jawa tentang implementasi hadis sebagai sumber agama Islam; Bagaimana pandangan orang Salafi Jawa terhadap tradisi kehidupan budaya masyarakat Jawa dalam kehidupan sehari-hari; Bagaimana cara orang Salafi Jawa mengompromikan pandangan Salaf-nya dengan tradisi budaya masyarakat di Jawa. Dengan menggunakan pendekatan living hadis, penelitian ini sampai kepada kesimpulan; pertama, orang Jawa bermanhaj Salaf sepakat dengan kedudukan hadis Nabi sebagai sumber hukum pendamping Al-Qur’an. Mereka sepakat menjadikan hadis sebagai tuntunan hidup, dan sebagai contoh pengambilan sikap terhadap apa pun, termasuk sikap terhadap masyarakat yang dihadapinya. Kedua, pandangan orang Jawa bermanhaj salafi terhadap budaya Jawa terbagi dua hal. (1) Pada umumnya ada nilai-nilai budaya Jawa yang luhur, dan bersesuaian dengan wahyu Ilahi serta hadis Nabi, yakni budaya-budaya lokal seperti sikap ramah tamah, kebiasaan silaturahim, memberi nasihat yang baik pada anak keturunan, suka bekerjasama, gugur gunung, menengok bayi lahir, dan sebagainya. (2) ada pula sebagian budaya Jawa yang mengandung kesyirikan, talbis, atau mencampur adukkan kebaikan dengan muatan kepercayaan pra Islam. Ketiga, ada peluang mengkompromikan ajaran keislaman yang difahami para penganut manhaj salaf dengan budaya masyarakat Jawa yang berkembang di sekitarnya. Mereka bersepakat melestarikan budaya baik yang berguna dalam muamalah kemasyarakatan, menjunjung tinggi adat kebiasaan masyarakat Jawa yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang diyakini. Seperti unggah ungguh, sopan santun, silaturahim di hari raya, dan lain semacamnya. Tapi untuk yang bertentangan dengan akidah Islam, maka harus ada perubahan. Meskipun bukan dengan serta merta dihapuskan, tetapi masyarakat perlu edukasi mengenainya.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Agama > Hadits |
Divisions: | Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora > Ilmu Hadits |
Depositing User: | Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id |
Date Deposited: | 02 Jun 2020 14:38 |
Last Modified: | 02 Jun 2020 14:38 |
URI: | http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/8129 |
Actions (login required)
View Item |