PERAN SUAMI ISTRI SEBAGAI PENCARI NAFKAH DALAM AL-QUR'AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-QURTHUBI DAN TAFSIR AL-AZHAR)

mufidah, Tazkiyatul (2024) PERAN SUAMI ISTRI SEBAGAI PENCARI NAFKAH DALAM AL-QUR'AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-QURTHUBI DAN TAFSIR AL-AZHAR). Other thesis, IAIN SALATIGA.

	Text skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text Skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text Skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text Skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)
	Text Skripsi Tazkiyatul Mufidah.pdf Download (2MB)

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keikutsertaan istri dalam mencari nafkah seperti yang diakukan oleh suami, juga peran ganda yang dialami kaum perempuan terutama perempuan yang sudah menikah, dimana seorang perempuan sebagai istri yang harus mengurus urusan rumah tangga. Namun di satu sisi perempuan masih harus mencari nafkah dengan cara bekerja keluar rumah, tentu bukanlah suatu hal yang mudah dalam menjalankan kedua profesi secara bersamaan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif tepatnya Library Research dengan menggunakan metode komparatif (muqoron). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumen dengan merujuk terlebih dahulu pada kitab tafsir Al-Qurthubi dan Al-Azhar. Tujuan penelitian untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran Imam Al-Qurthubi dan Buya Hamka terhadap surat An-Nisa ayat 32, 34 dan Surat At-Taubah ayat 71, serta mengetahui pandangan Al-Qurthubi dan Buya Hamka mengenai peran suami istri sebagai pencari nafkah. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Pada penafsiran Imam Al-Qurthubi dan Buya Hamka, menurut keduanya dalam kehidupan berumah tangga mencari nafkah menjadi kewajiban dan tanggung jawab suami. Sedangkan peran istri mencari nafkah dalam dalam pandangan Al-Qurthubi tidak diperkenankan. Sebagaimana dalam tafsirnya bahwa tanggung jawab laki-laki terhadap perempuan yaitu bertindak mengatur, mendidik, menaham wanita dirumah dan melarangnya untuk menampakkan diri secara terbuka. Sementara dalam pandangan Buya Hamka seorang istri diperbolehkan untuk mencari nafkah dengan beberapa catatan yaitu : Pertama, mampu memilih pekerjaan yang lebih layak untuknya. Kedua, Dengan tujuan membantu suami. 2) Persamaan penafsiran Buya Hamka dan Al-Qurthubi yaitu keduanya sama-sama mengatakan bahwasanya laki-laki pemimpin perempuan, nafkah menjadi tanggung jawab laki-laki, larangan memikirkan kelebihan orang lain, orang mu’min itu bersatu. Sementara Perbedaan penafsirannya yaitu Pertama, perihal nafkah rumah tangga dalam tafsir Al-Qurthubi ketika suami sudah tidak mampu menafkahi keluarga maka ia sudah tidak lagi menjadi pemimpin bagi wanita, sedangkan dalam tafsir Al-Azhar terdapat anjuran untuk merahasiakan kesanggupan suami dalam menafkahi harta benda. Kedua yang dimaksud “bagian dari apa yang mereka usahakan” pada surat An-Nisa’ ayat 32, dalam tafsir Al-Qurthubi yaitu pahala dan siksa, harta dan warisan. Sedangkan dalam tafsir Al-Azhar yaitu pembagian tersebut telah Allah sediakan dan akan didapatkan asal diusahakan. Ketiga Dalam tafsir Al-Qurthubi maksud dari penggalan ayat “mereka itu menyuruh berbuat yang makruf, mencegah dari yang munkar” adalah anjuran untuk beribadah kepada Allah, mengesakan-Nya, dan larangan menyembah berhala. Sedangkan dalam tafsir Al-Azhar kalau ada pekerjaan yang makruf semua menegakkan dan menggiatkan. Dan kalau ada yang mungkar semua menentang. Kata Kunci : Tafsir Muqoron, Tafsir Al-Qurthubi dan Al-Azhar, Suami Istri Sebagai Pencari Nafkah.

Actions (login required)

View Item