REVITALISASI TRADISI SAKBANAN SERABI DI KELURAHAN NGAMPIN AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT

NURFITRIANI, DESYANA (2024) REVITALISASI TRADISI SAKBANAN SERABI DI KELURAHAN NGAMPIN AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT. Other thesis, IAIN SALATIGA.

[img] Text
Desyana Nurfitriani.pdf

Download (2MB)
[img] Text
Desyana Nurfitriani.pdf

Download (2MB)

Abstract

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui revitalisasi Tradisi Sakbanan Serabi di Kelurahan Ngampin Kecamatan Ambarawa akibat perubahan sosial-budaya masyarakat. Kondisi sosial-budaya masyarakat Ngampin mengalami perubahan yang signifikan sejak tahun 2000 hingga 2023. Tradisi-tradisi yang dahulu dilakukan secara rutin oleh masyarakat kini hanya tersisa sebagai simbol. Meskipun demikian, di tahun 2023, revitalisasi tradisi mulai dilakukan untuk menghidupkan kembali warisan budaya yang ada. Metode penelitian yang digunakan adalah metodologi sejarah atau metode historis. Dengan empat tahapan metode meliputi heuristik, verifikasi, intrepertasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Ngampin masih mempertahankan kearifan lokal seperti gotong royong, tatakrama, keramahan, keterbukaan, toleransi antar umat beragama, dan spiritualitas. Tradisi-tradisi yang menonjol di Ngampin antara lain Sakbanan Serabi, ruwahan, punggahan, selikuran, pudunan, dan merti dusun. Berdasarkan keterangan dari Sarjono dan Wahid, istilah "sakbanan" berasal dari bulan Hijriyah Sya'ban, yang dalam bahasa Jawa bermakna sobo atau jalan-jalan. Tradisi ini dilakukan pada bulan Sya'ban dengan mencari tujuh sumber mata air untuk sholat sunah Nisfu Sya'ban. Istilah "serabi" bermakna sarono rabi atau keinginan untuk menikah, merujuk pada tradisi menyuguhkan serabi kepada tamu. Upaya revitalisasi Tradisi Sakbanan Serabi di Ngampin mengalami tiga fase. Pada fase pertama (2000-2004), masyarakat masih menjalankan tradisi sesuai ketentuan. Pada fase kedua (2005-2022), tradisi ini mulai ditinggalkan, hanya tersisa pedagang serabi di sepanjang jalan Semarang-Yogyakarta. Pada fase ketiga (2023), tokoh-tokoh masyarakat berinisiatif menghidupkan kembali tradisi ini dengan memperkenalkan budaya leluhur. Tantangan utama dalam revitalisasi adalah memastikan asal-usul tokoh-tokoh yang membawa dan menyebarkan ritual tersebut. Tiga tokoh yang terindikasi terkait dengan tradisi ini adalah Nyi Pendelingan, tokoh di Glagah Ombo, dan Ki Buyut Banyu Biru.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: Ilmu Ekonomi,Politik, Sosial, Budaya dan Pertahanan Negera
Depositing User: Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id
Date Deposited: 14 Oct 2024 15:52
Last Modified: 14 Oct 2024 15:52
URI: http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/21604

Actions (login required)

View Item View Item