Maghfiroh, (2024) STUDI KOMPARASI WALI NIKAH BAGI CALON MEMPELAI WANITA PERSPEKTIF KH. AHMAD HASSAN DAN KH. HASYIM ASY’ARI. Other thesis, IAIN SALATIGA.
Text
Skripsi_Mahfirah.pdf Download (2MB) |
|
Text
Skripsi_Mahfirah.pdf Download (2MB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bagaimana pendapat KH. Ahmad Hassan dan KH. Hasyim Asy’ari tentang wali nikah bagi calon mempelai wanita. 2) Bagaimana studi komparasi wali nikah bagi calon mempelai wanita dalam perspektif KH. Ahmad Hassan dan KH. Hasyim Asy’ari. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan perbandingan (Comparative Approach) yaitu penelitian yang membandingkan pemikiran dari KH. Ahmad Hassan dan KH. Hasyim Asy’ari tentang wali nikah bagi calon mempelai wanita. Sumber data primer penelitian ini yaitu bukubuku tentang pembahasan wali nikah karya KH. Ahmad Hassan seperti buku Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama dan lainnya serta karya KH. Hasyim Asy’ari seperti Dha’u al- Misbah Fi Bayani Ahkami al-Nikah dan lainnya. Sedangkan sumber data sekunder penelitian ini yaitu artikel dan buku fikih munakahat, Kompilasi Hukum Islam, dan lainnya. KH Ahmad Hassan dan KH Hasyim Asyari memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dalam pandangan tentang wali nikah. Keduanya sepakat bahwa wali adalah pria yang memenuhi syarat untuk menikahkan perempuan, menggunakan al-Qur’an, hadis, Ijma’, dan qiyas sebagai dasar hukum, menentukan lima syarat wali yang sama, menganggap wali sebagai rukun dalam pernikahan gadis/belum dewasa, melarang gadis/belum dewasa untuk menikah tanpa wali, dan menetapkan hukum tersebut berdasarkan al-Qur’an, hadis, Ijma’, dan qiyas. Perbedaannya adalah K.H. Ahmad membatasi perwalian sampai balighnya wanita sedangkan K.H. Hasyim Asy’ari menjadikan pernikahan itu sebagai batasannya, KH Ahmad Hassan menetapkan lima syarat bagi wali, sementara KH Hasyim Asyari menetapkan sembilan syarat. K.H. Ahmad Hassan menjadikan wali sebagai sunnah bagi yang sudah dewasa dan janda sedangkan K.H. Hasyim Asy’ari menjadikan wali sebagai rukun baik bagi gadis maupun janda. K.H. Ahmad Hassan membolehkan janda dan yang sudah dewasa untuk menikah tanpa wali sedangkan K.H. Hasyim Asy’ari melarangnya. K.H. Ahmad Hassan menggunakan al-Qur’an berdasarkan pemahamnya dan hadis dengan standarnya serta mengkiyaskan kebolehan itu dengan kebolehan berjual beli sedangkan K.H. memahami al-Qur’an dengan pemahannya dan menggunakan hadis secara umum.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | Agama > Fiqih (Hukum Islam) |
Depositing User: | Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id |
Date Deposited: | 15 Oct 2024 19:35 |
Last Modified: | 15 Oct 2024 19:35 |
URI: | http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/21650 |
Actions (login required)
View Item |