, Nudia Anbarika (2025) Refleksi Simbolik: Serat Tripama Karya Mangkunegaran IV (1853-1881). Other thesis, IAIN SALATIGA.
![]() |
Text
NUDIA ANBARIKA.pdf Download (1MB) |
![]() |
Text
NUDIA ANBARIKA.pdf Download (1MB) |
Abstract
Nudia Anbarika, Skripsi dengan judul Refleksi Simbolik : Serat Tripama Karya Mangkunegaran IV (1853-1881). Serat Tripama merupakan salah satu karya Mangkunegara IV yang cukup singkat. Hanya berisi 7 bait dalam metrum Dhandang Gula. Berisi tentang teladan bagi para prajurit agar berwatak ksatria. Gigih tidak takut dalam membela negara. Serat Tripama sarat dengan ajaran nasionalisme. Dan tampaknya masih sangat relevan untuk dibaca di masa kini.Kata tripama berasal dari gabungan kata tri yang artinya tiga dan umpama yang artinya perumpamaan. Disebut tiga perumpamaan karena dalam serat ini kita diajak untuk meneladani hal-hal baik dari tiga tokoh dalam dunia pewayangan. Yakni, Patih Suwanda dari Maespati, Adipati Kumbakarna dari Alengka dan Adipati Basukarna dari Awangga. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah. Selain itu, penulis juga menggunakan pendekatan wacana dan sastra. Hasil penelitian antara lain : (1) Sri Mangkunegara IV. Ia di lahirkan pada hari Ahad di rumah Adiwijayan pada pukul 11 malam, tanggal 8 Sapar, tahun Jumakir, Windu Sancaya, 1738 atau tanggal 3 Maret 1811 di Surakarta. R.M. Sudira pada masa kecilnya tidak memperoleh pendidikan formal. Hal itu terjadi karena di Surakarta pada waktu itu belum ada pendidikan formal. Dengan demikian, menurut sumber Babad Mangkunegara IV, pendidikan R.M. Sudira diberikan secara privat, yaitu dengan cara mendatangkan guru-gurunya untuk memberikan pelajaran secara pribadi di rumah. Guru-guru yang didatangkan antara lain guru agama, guru pendidikan umum, yang bertugas mengajar pelajaran membaca, menulis, serta bahasa dan tulisan Jawa. Menurut Dr. Th. Pigeaud, bangsawan tinggi Jawa di Surakarta pada waktu itu belum dapat dikatakan memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam arti secara modern. Pendidikan dan pengajaran pada masa itu bagi bangsawan Jawa, adalah dijalankan dengan cara khas Jawa. (2) Serat Tripama. Serat ini menceritakan tentang tiga teladan utana keprajuritan dan warga Negara yang total mengabdikan hidup dan perjuanganya digarisnya masing-masing. Yaitu, Patih Suwanda, Kumbarakarna, dan Adipati Karna. (3) konsep dalam Tripama menampilkan tokoh-tokoh idealis yang kontroversial karena kedudukan Mangkunegara di zamannya dapat dikategorikan sebagai tokoh kontroversial karena berani menentang Kasunanan. Munculnya idealisme terhadap tokoh-tokoh tersebut terkait aspek pragmatis, untuk membenarkan tindakan-tindakan Mangkunegaran selama itu. Suwanda Patih, yang setia pada Arjunasasrabahu dan dapat menyelesaikan pekerjaan, terefleksi di mangkunegaran, Mangkunegara dalam sejarah selanjutnya banyak membantu Belanda dalam menumpas pemberontakan sehingga menjadi. Kumbarakarna, Tokoh yang setia kepada Negara terefleksi di mangkunegaran Mangkunegaran berjuang dengan dalih mencintai dinasti Mataram. Kemudian Karna, Setia kepada Kurawa karena ditolong oleh Kurawa dan dijadikan Adipati, meskipun yang menolong adalah musuh adik-adiknya dalam sejarahnya, Mangkunegara adalah sentana Kartasura yang terbuang, ia dapat terangkat menjadi adipati karena bantuan Belanda. Kata Kunci : Sri Mangkunegara IV, Serat Tripama.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | Agama > Sejarah Islam |
Depositing User: | Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id |
Date Deposited: | 11 Apr 2025 20:53 |
Last Modified: | 11 Apr 2025 20:53 |
URI: | http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/23657 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |