AGRESI MILITER DAN PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 1948-1949

Paramita, Lya (2025) AGRESI MILITER DAN PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 1948-1949. Other thesis, IAIN SALATIGA.

[img] Text
AGRESI MILITER DAN PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 1948(1).pdf

Download (3MB)
[img] Text
AGRESI MILITER DAN PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 1948(1).pdf

Download (3MB)
[img] Text
AGRESI MILITER DAN PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 1948(1).pdf

Download (3MB)

Abstract

LYA PARAMITA. 2025. Agresi Militer Dan Perpindahan Pusat Pemerintahan Kabupaten Magelang Tahun 1948-1949. Skripsi. Salatiga: Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Ahmad Faidi, M. Hum. Penelitian ini bertujuan pertama, Untuk mengetahui kondisi Magelang pada Masa Kolonial. Kedua, mengetahui peristiwa Agresi Militre II yang Terjadi di Magelang. Ketiga, mengetahui Proses Perpindahan Pusat Pemerintahan di Kabupaten Magelang. Penelitian terkait Agresi Militer dan Perpindahan Pusat Pemerintahan Kabupaten Magelang Tahun 1948-1949 ditulis menggunakan metode sejarah, yang terdiri dari heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Adapun ruang lingkup spasial dan temporalnya adalah Peristiwa Agresi Militer yang menyebabkan berpinda-pindahnya Pusat Pemerintahan Kabupaten Magelang ke beberapa daerah di wilayah Kabupaten Magelang dari tahun 1948-1949. Hasil penelitian ini antara lain: Wilayah Magelang merupakan wilayah Kedu yang masuk wilayah Kerajaan Mataram. Karena adanya perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram pecah menjadi dua bagian yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Wilayah Magelang yang merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Surakarta. Karena perjanjuan tersebut wilayah Mataram diserahkan kepada Inggris. Namun pada tahun 1818, wilayah Magelang diserahkan kembali kepada Belanda. sejaka saat itu pun Magelang menjadi Karisidenan sendiri yaitu Karisidenan Kedu. Kondisi geografis Magelang yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit sangat membantu rakyat Magelang dalam mengatur strategi perang, yaitu dengan strategi perang gerilya. Selain ikut memanggul senjata dalam perang, rakyar Magelang tetapi juga membantu menyediakan makanan bagi para gerilyawan. Di setiap desa terdapat kelompok-kelompok yang mengurusi dapur umum atau BOM (Bagian Oerosan Makanan). Akibat peristwa Agresi Militer Belanda II yang terjadai pada masa masa Revolusi Kemerdekaan, Pemerintah Kabupaten Magelang melakukan pemindahan pusat pemerintahan. Secara berturut-turut, Kantor Bupati Magelang berpindah dari Kota Magelang ke Dusun Clebung, Desa Soronalan, Kecamatan Sawangan, kemudian berpindah ke wilayah Kecamatan Mungkid, di Dusun Bojong, kemudian berpindah lagi ke Dusun Manggoran, Kecamatan Mertoyudan. Menjelang berakhirnya masa Revolusi, Kantor Bupati berpindah ke Kecamatan Muntilan di Dusun Jumbleng. Kemudian setelah keadaan dirasa aman Kantor Bupati kembali lagi ke Kota Magelang. Perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Magelang terjadi pada masa pemerintahan Bupati R. Joedodribroto Kata Kunci: Agresi Militer, Pusat Pemerintahan, Pemerintahan, Pemerintahan Kabupaten.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: Ilmu Ekonomi,Politik, Sosial, Budaya dan Pertahanan Negera
Depositing User: Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id
Date Deposited: 21 Apr 2025 17:15
Last Modified: 21 Apr 2025 17:15
URI: http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/23705

Actions (login required)

View Item View Item