KESAKSIAN PEREMPUAN TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM AL-QUR'AN (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AMINA WADUD DAN SAYYID QUTB)

, Rif'an Syahrul Hidayat (2025) KESAKSIAN PEREMPUAN TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM AL-QUR'AN (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AMINA WADUD DAN SAYYID QUTB). Other thesis, IAIN SALATIGA.

[img] Text
SKRIPSI RIF'AN SYAHRUL HIDAYAT_53020210043_IAT_21_PDF.pdf

Download (1MB)
[img] Text
SKRIPSI RIF'AN SYAHRUL HIDAYAT_53020210043_IAT_21_PDF.pdf

Download (1MB)
[img] Text
SKRIPSI RIF'AN SYAHRUL HIDAYAT_53020210043_IAT_21_PDF.pdf

Download (1MB)
[img] Text
SKRIPSI RIF'AN SYAHRUL HIDAYAT_53020210043_IAT_21_PDF.pdf

Download (1MB)
[img] Text
SKRIPSI RIF'AN SYAHRUL HIDAYAT_53020210043_IAT_21_PDF.pdf

Download (1MB)
[img] Text
SKRIPSI RIF'AN SYAHRUL HIDAYAT_53020210043_IAT_21_PDF.pdf

Download (1MB)
[img] Text
SKRIPSI RIF'AN SYAHRUL HIDAYAT_53020210043_IAT_21_PDF.pdf

Download (1MB)

Abstract

Skripsi ini merupakan hasil penelitian kepustakaan dengan judul "Kesaksian Perempuan Terhadap Utang Piutang dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Amina Wadud dan Sayyid Qutb)". Penelitian ini menggunakan metode studi dokumenter dan dianalisis dengan metode komparasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami konsep serta membandingkan penafsiran Amina Wadud dan Sayyid Qutb mengenai kesaksian perempuan dalam masalah utang piutang menurut Al-Qur’an Dalam penafsirannya Amina Wadud menggunakan metode hermeneutika yang inklusif dan menekankan kesetaraan gender, corak penafsiran dari Amina Wadud yaitu corak feminis dan kontekstual. sementara Sayyid Qutb memakai metode tahlili yang sistematis dengan menggunakan pendekatan bil ra’yi serta corak sastra dan adab ijtima’i, namun kurang menyoroti isu gender. Kedua pendekatan ini mewakili paradigma berbeda Wadud untuk pembebasan perempuan, Qutb untuk pedoman moral masyarakat Islami dan integrasi keduanya dapat memperkaya tafsir Al-Qur’an. Kedudukan perempuan sebagai saksi dalam urusan utang piutang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 282. Ayat ini menunjukan pengakuan penting terhadap peran perempuan dalam kesasksian yang sebelumnya tidak diakui. Meskipun ayat tersebut menetapkan bahswa kesaksian dua perempuan setara dengan satu laki-laki, hal ini bukan indikasi diskriminasi atau inferioritas perempuan, melainkan refleksi kondisi sosial dan pengalaman perempuan pada masa lalu yang masih terbatass dalam keuangan. Ketentuan ini bertujuan untuk menjamin keadilan dan kebenaran dalam transaksi dengan menekankan kualitas dan kemampuan saksi. Sayyid Qutb menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 282 berdasarkan konteks sosial tradisional yang membedakan peran laki-laki dan perempuan, sehingga ia memandang kesaksian perempuan dalam transaksi keuangan sebagai kemudahan syariat yang mengakomodasi keterbatasan pengalaman sosial perempuan pada masa itu. Sebaliknya, Amina Wadud memakai pendekatan hermeneutik feminis yang kontekstual dan kritis terhadap tafsir patriarkal, menolak pembatasan berdasarkan kondisi historis dan menegaskan bahwa kesaksian harus didasarkan pada prinsip keadilan, kejujuran, dan pemahaman tanpa diskriminasi gender. Amina Wadud menyoroti bahwa ayat tersebut tidak secara eksplisit menyatakan bahwa dua perempuan adalah saksi yang setara secara kuantitatif dengan satu laki-laki. Ia menekankan bahwa satu perempuan bertindak sebagai saksi utama, sedangkan perempuan kedua berfungsi sebagai pengingat, bukan sebagai saksi penuh yang kedua. Kata kunci : Kesaksian Perempuan, Utang Piutang, Amina Wadud, Sayyid Qutb

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: Agama > Alqur'an
Depositing User: Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id
Date Deposited: 13 Jun 2025 21:44
Last Modified: 13 Jun 2025 21:44
URI: http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/23926

Actions (login required)

View Item View Item