Hidayah, Wahyu Nur (2019) NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML AYAT 29-35 (PERSPEKTIF TEORI INTERPRETASI JORGE J. E. GRACIA). Other thesis, IAIN SALATIGA.
Text
21514003.pdf Download (1MB) |
Abstract
Persoalan gender merupakan persoalan aktual dewasa ini, di dalamnya mencakup persoalan mengenai kepemimpinan perempuan. Kepemimpinan perempuan sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Sulaiman AS, akan tetapi kepemimpinan perempuan ini seolah-olah tidak diindahkan bagi sebagian muslim. Hal ini karena sistem relasi laki-laki dan perempuan yang cenderung bias patriarki. Selain itu, dalil yang dipakai ketika memahami kepemimpinan perempuan ini adalah ayat yang menjelaskan kepemimpinan keluarga. Padahal kepemimpinan perempuan ini sebenarnya sudah dibahas dalam al-Qur’an secara gamlang dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35, yang berkisah mengenai kepemimpinan Balqis. Dalam rangka memperoleh pesan yang dimaksud al-Qur’an, penulis akan mengupasnya dengan teori interpretasi teks Jorge J. E. Gracia. Sebenarnya pemakaian teori interpretasi teks dalam teks sakral masih menjadi debatable, akan tetapi disini teori interpetasi teks Gracia memiliki relevansi dengan ulumul qur’an. Teori fungsi interpretasi teks Gracia ini adalah, yang pertama historical function dimana dalam ulumul Qur’an teori ini relevan dengan asbab an-nuzul. Kemudian yang kedua meaning function yang memiliki relevansi dengan kaidah kebahasaan dalam menafsirkan. Dan yang ketiga implicatif function, yang memiliki relevansi dengan ilmu munasabat dan ilmu sains dan humaniora. Dan ketiga teori fungsi inilah yang akan dipakai untuk menganalisis maksud Q.S. an-Naml ayat 29-35. Dengan teori historical function, ditemukan hasil bahwa kepemimpinan itu dipilih bukan karena jenis kelamin, melainkan karena kapabilitas intelektualnya. Kemudian dengan teori meaning function, ditemukan nilai-nilai kepemimpinan dari pengembangan makna ayat. Nilai-nilai kepemimpinan yang terkandung dalam ayat adalah sikap suka musyawarah, tidak otoriter, mendengarkan aspirasi rakyat, memperhatikan nasib rakyat, cinta perdamaian dan cerdas. Dengan teori implicative function, maka penulis mengaitkan dengan keilmuan lain. Musyawarah, sesuai dengan perintah Allah dalam al-Qur’an, tidak otoriter masuk dalam gaya kepemimpinan demokratik yang merupakan gaya kepemimpinan ideal, mau mendengarkan aspirasi dari rakyatnya, ini selaras dengan teori manajemen dan kepemimpinan yang disampaikan oleh Petter Drucker, memperhatikan nasib rakatnya juga selaras dengan perintah Rasulullah SAW serta merupakan cerminan kepemimpinan Umar bin Kha?ab dan Muawiyyah, cerdas juga merupakan salah satu sifat wajib Rasulullah sebagai utusan dan pemimpin umat, cinta damai sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya mengandung perintah untuk damai. Kemudian, nilai kepemimpinan yang dapat kita teladani dari kisah Balqis dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35 tersebut adalah apa yang bisa kita pahami dari hasil aplikasi teori interpretasi teks dengan meaning function, yakni kepemimpinan yang mau diskusi atau musyawarah, sikap pemimpin yang tidak otoriter, mau mendengarkan aspirasi rakyatnya, pemimpin yang memperhatikan nasib rakyatnya, pemimpin yang cerdas dan cinta damai.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | Agama > Alqur'an |
Divisions: | Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora > Ilmu Alqur'an dan Tafsir |
Depositing User: | Unnamed user with email bimoharyosetyoko@iainsalatiga.ac.id |
Date Deposited: | 08 Oct 2019 07:51 |
Last Modified: | 08 Oct 2019 07:51 |
URI: | http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/id/eprint/6541 |
Actions (login required)
View Item |